Revolusi Donghak

Donghak Peasant Revolution
[[File:[|frameless|upright=1]]
Pasukan Donghak berkumpul di Gunung Baek, Gobu, April 1894.
Tanggal11 Januari 1894-29 Maret 1895
LokasiKorea
Hasil Kemenangan pemerintah dan Jepang
Pihak terlibat
 Korea Dinasti Joseon
 Dinasti Qing
Jeob Selatan
Jeob Utara
 Jepang
Tokoh dan pemimpin

Korea Kaisar Gojong
Korea Yi Yongtae
Korea Hong Gyehun
Korea Yi Hakseung
Korea Gu Sangjo
Korea Seong Hayeong
Korea Jang Yongjin
Korea Yi Gidong

Korea Yi Gyutae

Jeon Bongjun
Kim Gaenam
Son Hwajung
Choe Gyeongseon
Kim Deokmyeong
Choe Sihyeong

Son Byeongheui

Kekaisaran Jepang Kolonel Moriya

Kekaisaran Jepang Letnan Suzuku
Kekuatan
3.000-50.000 tentara Korea

15.000-300.000 pemberontak Jeob Selatan

10.000-300.000 pemberontak Jeob Utara
500-3.000 tentara Jepang
Korban
6.000 tentara Korea terbunuh Puluhan hingga ratusan ribu orang terbunuh dari kedua pemberontak Jeob 200 tentara Jepang terbunuh

Revolusi Donghak atau Revolusi Petani Donghak (Hangeul: 동학 농민 운동, Donghak Nongmin Undong, Hanja: 東學 農民 運動), juga dikenal dengan nama Gerakan Petani Donghak, Pemberontakan Donghak, Revolusi Petani 1894, Revolusi Petani Gabo adalah sebuah pemberontakan bersenjata di Korea yang dilakukan oleh petani-petani yang marah dan pengikut agama Donghak, suatu agama panteisme yang dipandang sebagai ideologi politik.

Tahun 1894 hakim wilayah Gobu, Jo Byeonggap, menciptakan sejumlah hukum palsu yang memaksa para petani untuk membangun waduk dan tinggal di tanah-tanah tak bertuan untuk memperoleh kekayaan dari pajak dan denda. Di bulan Maret, para petani yang marah disatukan di bawah pimpinan Jeon Bongjun dan Kim Gaenam dan memulai Pemberontakan Gobu. Tetapi, pemberontakan itu dipadamkan oleh Yi Yongtae, Jeon Bongjun kemudian melarikan diri ke Taein. Bulan April, Jeon mengumpulkan pasukan di Gunung Baek dan merebut kembali Gobu. Para pemberontak kemudian mengalahkan pasukan pemerintah di Jalan Hwangto dan Sungai Hwangryong. Jeon lalu merebut benteng Jeonju dan berjuang melawan kepungan pasukan Joseon yang dipimpin oleh Hong Gyehun. Bulan Mei, pihak pemberontak menandatangani kesepakatan gencatan senjata dengan pasukan pemerintah dan membentuk lembaga bernama Jibgangso untuk menangani semua hal di wilayah yang dikendalikan pemberontak. Gencatan senjata ini berlangsung sepanjang musim panas.

Pemerintah yang mulai ketakutan meminta bantuan pada Dinasti Qing. Tiongkok mengirimkan 2.700 orang tentara ke Korea. Jepang marah karena pemerintah Qing tidak memberitahu Jepang sesuai kesepakatan dalam Konvensi Tientsin, yang memicu Perang Tiongkok-Jepang.[1] Perang itu mengakibatkan penolakan terhadap pengaruh Tiongkok di Korea dan juga menandai akhir Gerakan Penguatan Diri di Tiongkok sendiri.

Dominasi Jepang yang semakin tumbuh di Semenanjung Korea menimbulkan kecemasan di kalangan pemberontak. Dari September hingga Oktober, pemimpin Jeob Selatan dan Utara melakukan negosiasi mengenai rencana berikutnya di Samrye. Tanggal 12 Oktober koalisi pasukan Jeob Utara dan Selatan dibentuk berjumlah antara 25.000~200.000 (terdapat perbedaan catatan sejarah). Koalisi pasukan itu menyerang Gongju. Setelah beberapa pertempuran, pasukan pemberontakan ditaklukkan dalam Pertempuran Ugeumchi dan Pertempuran Taein. Suasana permusuhan berlanjut hingga musim semi 1895. Pemimpin-pemimpin pemberontak ditangkap di berbagai lokasi di Region Honam dan sebagian besar dieksekusi dengan cara digantung secara massal pada bulan Maret.

  1. ^ McClain 2002, hlm. 297.

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search